Kamis, 22 Oktober 2009

KANKER SERVIKS



Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sudah tak asing lagi didengar. Berbagai jenis kasus baru ditemukan, namun jenis kasus kanker manakah yang paling tinggi prevalensinya, khususnya dikalangan perempuan?Dan bagaimanakah cara untuk mencegahnya?Belakangan ini mulai marak terdengar berita-berita mengenai kenker serviks. Apakah sebenarnya kanker serviks?Seberapa seringkah kanker serviks terjadi pada perempuan Indonesia?

Kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim sesuai dengan namanya adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Memang istilah "kanker" sendiri sudah pasti memberi kesan menakutkan dan menyeramkan. Laksana seorang terpidana menerima hukuman mati.

Bagaimanakah kanker leher rahim terjadi?
Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua kasus kanker. Penyebab dari kanker ini adalah virus yang dikenal sebagai Human Papilloma Virus (HPV), yaitu sejenis virus yang menyerang manusia. Terdapat 100 tipe HPV di mana sebagian besar tidak berbahaya, tidak menimbulkan gejala yang terlihat dan akan hilang dengan sendirinya. Infeksi HPV paling sering terjadi pada kalangan dewasa muda (18-28 tahun). Perkembangan HPV ke arah kanker serviks pada infeksi pertama tergantung dari jenis HPV-nya. HPV tipe risiko rendah atau tinggi dapat menyebabkan kelainan yang disebut pra kanker. Tipe HPV yang berisiko rendah hampir tidak berisiko, tapi dapat menimbulkan genital warts (penyakit kutil kelamin). Walaupun sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya dalam 1-2 tahun karena adanya sistem kekebalan tubuh alami, namun infeksi yang menetap yang disebabkan oleh HPV tipe tinggi dapat mengarah pada kanker serviks. Dan dapat berkembang tanpa terkontrol dan dapat menjadi tumor.

Bagaimanakah Tanda-tanda Kanker Serviks?
Perubahan prakanker pada serviks biasanya tidak meminimalkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan disekitarnya. Jika kondisi kanker ini sudah memasuki tahapan yang cukup gawat, maka gejala yang timbul antara lain:
Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer,berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut :
Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan.
Nyeri panggul punggung dan tungkai.
Jika anda mendapatkan tanda-tanda tersebut, sebaiknya anda segera melakukan pemeriksaan ke dokter. Adanya perubahan ataupun keluarnya cairan (discharge) ini bukanlah suatu hal yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun anda baru saja melakukan Pap smear test. Biarpun begitu, pada umumnya, setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, hasilnya tidak selalu positif kanker. Faktor-faktor yang mendukung timbulnya kanker serviks antara lain: menikah di usia muda, merokok, penggunaan kontrasepsi, oral jangka panjang, kehamilan yang sering, penyakit menular seksual.
Sekarang sudah ditemukan vaksinasi untuk mencegah kanker serviks ini, bahkan vaksinasi ini dapat diberikan pada remaja putri mulai usia 10 tahun. Tentunya ini berita yang menggembirakan bagi semua wanita. Dengan melakukan vaksinasi ini pencegahan dapat dilakukan, dan bagi wanita yang aktif atau sudah berhubungan seksual harus rutin melakukan pap smear atau inspeksi visual.

Pengobatan
Pengobatan kanker serviks dapat dilakukan dengan operasi, terapi radiasi, kemoterapi atau kombinasinya. Pengobatan akan direncanakan dengan mempertimbangkan beberapa faktor: stadium kanker, ukuran dan lokasi kanker, usia dan kondisi kesehatan. Semua pengobatan kanker serviks memiliki efek samping. Umumnya efek samping dapat diatasi atau diminimalkan. Beberapa pengobatan dapat mempengaruhi fungsi seksual dan kemampuan memiliki anak. Sebelum memulai pengobatan, penting untuk mempelajari kemungkinan efek samping tersebut.
Operasi
Pada kanker serviks yang telah terdeteksi dini umumnya dilakukan operasi. Beberapa jenis operasi dapat dilakukan, namun pilihan terakhir tergantung dari faktor yang dipertimbangkan oleh dokter, terutama stadium dan ukuran kanker.
Cervical conization
Conization artinya operasi pengangkatan kanker dari serviks. Conization hanya untuk kanker yang telah terdeteksi dini. Prosedur ini dipilih wanita dengan kanker yang sangat kecil dan ingin mempertahankan kesuburan.
Histerektomi vaginal atau abdominal
Pada histerektomi vaginal, uterus dan serviks diangkat melalui vagina. Sedangkan pada histerektomi abdominal, uterus dan serviks diangkat melalui pembedahan pada abdominal.
Histerektomi radikal abdominal
Prosedur ini memerlukan pembedahan abdominal. Istilah radikal menggambarkan uterus dan jaringan antara uterus dan dinding panggul, sebagai bagian atas vagina, diangkat. Kelenjar getah bening di panggul juga diangkat dan akan diperiksa untuk menentukan apakah kanker telah menyebar (Radical Pelvic Lymphadenectomy). Pada beberapa kasus, kedua ovarium dan kedua tuba falopi juga harus diangkat. Prosedur ini disebut bilateral salpingo-oophorectomy.
Radical trachelectomy
Prosedur terbaru yang masih dalam pengembangan. Serviks dan jaringan di sekitarnya diangkat, namun bagian atas uterus dipertahankan untuk mempersiapkan kehamilan. Prosedur ini hanya dilakukan secara hati-hati pada beberapa wanita pada beberapa pusat medis besar.
Efek Samping Operasi
Rasa sakit dan tidak nyaman umum terjadi setelah operasi. Yang pelu diwaspadai jika anda mengalami rasa sakit yang berlebihan. Efek samping jangka pendek (beberapa hari sampai minggu setelah operasi): mual, ketidaknyamanan menggunakan kateter dan alat bantu lain, sulit berkemih sehingga jika perlu dipasang kateter di kandung kemih selama beberapa hari sampai minggu rasa sakit di sekitar tempat pembedahan, kram, keluar cairan atau perdarahan vagina. Efek samping jangka panjang (beberapa minggu sampai bulan): rasa lelah, sulit berkemih, konstipasi, penyempitan vagina. Beberapa langkah dilakukan untuk meminimalkan efek samping ini (seperti penggunaan kateter di kandung kemih). Wanita yang mendapat histerektomi akan berhenti menstruasi dan tidak akan bisa mempunyai anak. Kadar hormon akan sama jika ovarium masih ada atau akan terjadi menopause jika ovarium diangkat. Terapi hormon untuk mengatasi masalah menopause merupakan pilihan setelah ovarium diangkat.

TERAPI RADIASI
Terapi radiasi (radioterapi) menggunakan x-ray energi tinggi atau jenis radiasi lain untuk membunuh sel kanker dan menghentikan perkembangannya. Terapi radiasi dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk kanker serviks stadium awal. Pada kanker serviks stadium awal, radiasi lebih digunakan sebagai pengobatan tambahan setelah operasi untuk pasien dengan resiko tinggi relaps. Dokter juga menggunakan radiasi untuk kanker lebih besar dan stadium lebih tinggi. Kebutuhan terapi radiasi ditentukan oleh stadium, pemeriksaan, dan waktu operasi. Terapi radiasi kanker serviks umumnya diberikan dengan kombinasi kemoterapi. Ada dua jenis terapi radiasi yang digunakan untuk kanker serviks, yaitu:
Terapi radiasi eksternal, menggunakan mesin yang diarahkan langsung ke bagian tubuh tertentu. Biasanya terapi diberikan setiap hari, dari Senin sampai Jumat, sekitar 6 minggu. Radiasi tidak sakit dan hanya beberapa menit. Anda dapat melakukannya di klinik atau Rumah Sakit dan anda dapat pulang ke rumah setelah melakukan radiasi.
Terapi radiasi internal (Brachytherapy), menempatkan kapsul kecil berisi materi radioaktif ke dalam vagina atau dekat serviks. Prosedur ini kadang dilakukan pasien rawat jalan dan kadang perlu di rawat di Rumah Sakitselama 1-2 hari. Obat dapat diberikan untuk mengurangi ketidaknyamanan prosedur ini.
Efek samping radiasi tergantung dosis yang digunakan dan bagian tubuh yang diradiasi. Kebanyakan efek samping ini bersifat sementara. Tidak semua orang mengalaminya. Beberapa efek samping untuk pasien kanker serviks yaitu: kulit kering dan merah di area radiasi, rasa lelah, anemia, diare dan mual,ketidaknyamanan berkemih. Efek samping jangka pendek: penyempitan vagina dan kehilangan lubrikasi, frekuensi berkemih, diare (kolitis radiasi),menopause dini atau tiba-tiba (jika ovarium berhenti bekerja). Bicarakan dengan dokter anda cara mengatasi efek samping jangka panjang dari radiasi. Komplikasi jangka panjang, misalnya penyempitan vagina, lebih baik dicegah daripada diobati.

KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi untuk kanker serviks biasanya diberikan secara intravena (injeksi ke dalam pembuluh darah). Dapat dilakukan di tempat praktek dokter atau di bagian rawat jalan Rumah Sakit. Obat tesebut melalui peredaran darah untuk mencapai semua bagian tubuh, sehingga kemoterapi efektif untuk kanker serviks yang telah menyebar. Namun obat yang digunakan untuk membunuh sel kanker juga merusak sel sehat lainnya sehingga menimbulkan efek samping. Untuk membatasi kerusakan sel sehat, biasanya kemoterapi diberikan dalam siklus. Periode kemoterapi berselang dengan waktu istirahat jika kemoterapi tidak diberikan. Efek samping biasanya masih muncul, namun dapat diatasi. Setiap orang merespon kemoterapi secara berbeda. Umumnya efek samping bersifat sementara, yaitu:mual, muntah, tidak nafsu makan, rambut rontok, mulut kering, kemungkinan infeksi meningkat, rasa lelah, mudah berdarah atau memar, konstipasi.
Setiap wanita yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai resiko terhadap kanker leher rahim. Sel-sel leher rahim mungkin mengalami perubahan sehingga sangat diperlukan melakukan Pap smear test secara teratur (baik yang telah ataupun yang belum pernah mendapatkan Pap Smear Test). Demikian juga bagi anda yang merokok kemungkinan untuk mendapatkan kanker leher rahim sangat besar. Dijumpainya Human Papilloma Virus (HPV) sering diduga sebagai penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel-sel leher rahim. Memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti atau memulai aktifitas seksual pada usia yang sangat muda juga memperbesar resiko kemungkinan mendapat kanker leher rahim.
Apa yang harus anda lakukan untuk menghindari kanker leher rahim ?
Yang pertama, jika anda pernah melakukan hubungan seksual anda harus melakukan Pap smear test secara teratur setiap dua tahun dan ini dilakukan sampai anda berusia 70 tahun. Pada beberapa kasus mungkin dokter menyarankan untuk melakukan Pap smear test lebih sering.
Hal yang ke dua adalah melaporkan adanya gejala-gejala yang tidak normal seperti adanya perdarahan, terutama setelah coitus (senggama).
Hal yang ke tiga adalah tidak merokok.
Data statistik melaporkan bahwa resiko terserang kanker leher rahim akan menjadi lebih tinggi jika wanita merokok. Dengan melakukan beberapa tindakan yang dapat memperkecil resiko tersebut, mudah-mudahan kita dijauhkan dari kejadian kanker leher rahim ini.

Majalah Dokter Kita Jombang

Jl. Patriot Kepuh Kembeng Peterongan Jombang Jawa Timur
email : dokk1t@yahoo.com

Pelindung : Drs. H. Suyanto, MMA., Drs. H. Widjono Soeparno, M.Si.; Penasehat : dr. Bambang Dwi Hayunanto, Sp. KK, dr. Suparyanto, M.Si., M. Kes., drg. Subandriyah. Pemimpin Umum : Amik Purdinata, Pimpinan Redaksi : Yeyen Anggraeni, STP., Staff Redaksi : Devi Melinda Sari, Purwanto, Tadin. Redaktur Kehormatan : dr. Henny Hendaryono, Sp. Og, dr. Indro Saswanto, Sp.THT, dr. H.R. moh. Effendi Reksodiharjo, dr. Moehaini, dr. Miftah, Sp.PD., dr. Antonius Aryanto, dr. Ivone Sarah, Sp, BO., dr. Rustam Effendy T, Sp. P, drg. Winaryo, Sp.Perio, dr. Wahyu Wijanarko, Sp.JP, dr. Edy Eko tjahyono, Sp.RM, C.H. Widayanti, S.Psi.,M.Si. Desain Artistik : Yeyen Anggraeni, STP. Hasil Kerjasama : Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, BAPELKES RSD Jombang dan Majalah Dokter Kita.